Beritalabuanbajo.com, Labuan Bajo,- Kepala Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), Hendrikus Rani Siga menegaskan wacana penutupan Taman Nasional Komodo (TNK), bukan didefinisikan sebagai penutupan dalam jangka waktu yang lama.
Penutupan yang dimaksud, jelas Hendrikus, adalah sistem buka tutup, pengaturan jadwal kunjungan wisatawan, dan penutupan secara berkala.
“Ini tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada kawasan untuk istirahat dari aktivitas wisata, kemudian memberikan kesempatan kepada daya tarik wisata alam di luar TNK bisa berkembang, sehingga wisatawan tidak hanya terkonsentrasi di TNK,” jelas Hendrikus, Kamis 25 Juli 2024.
Hendrikus menegaskan, rencana penutupan berkala Taman Nasional Komodo akan didahului dengan kajian ilmiah melibatkan pakar dan ahli.
BTNK juga akan mendengar masukan dari pemerintah daerah, masyarakat, dan pelaku wisata sebelum menerapkan aturan itu.
Hampir sepekan lebih isu penutupan Taman Nasional Komodo ramai diperbincangkan publik. Ada yang mendukung, ada juga yang menolak. Gelombang penolakan rata-rata datang dari para pelaku wisata.
“Saya membuka wacana ini sehingga ada masukan dari publik. Setelah melihat respon masyarakat, kalau bisa sehari dalam seminggu ditutup. Tapi tergantung dari hasil kajian, bisa saja hasil kajian lebih dari itu. Bagaimanapun kami harus mendengar aspirasi masyarakat,” tegas Hendrikus.
“Satu hari dalam seminggu saya pikir cukup untuk mengakomodir kepentingan taman nasional, dan menghidupkan spot wisata di luar kawasan,” tambahnya.
Hendrikus menegaskan, keputusan penutupan kawasan tidak sepenuhnya mengikuti hasil kajian, tetapi juga akan mempertimbangkan dampak lain, baik dari sisi ekonomi, sosial dan budaya. Semuanya akan dipertimbangkan secara matang.
Pihaknya menyadari sistem penutupan sementara hanya akan berdampak buruk bagi keberlangsungan pariwisata di Labuan Bajo yang menjadikan Taman Nasional Komodo sebagai daya tarik utama.
Untuk tetap memastikan keseimbangan antara keberlangsungan konservasi tetap terjaga dan geliat industri pariwisata bertumbuh dengan baik, BTNK akan menerapkan skema sistem buka tutup. Opsi ini diharapkan memberi dampak positif bagi destinasi wisata di luar Taman Nasional Komodo.
“Tetapi secara prinsip kawasan butuh istirahat untuk recovery, demikian juga sarana prasarana perlu dirawat,” tegasnya.
Menurutnya, penerapan sistem buka tutup harus segera dilakukan sebagai salah satu upaya mengantisipasi dampak buruk yang ditinggalkan oleh masifnya aktivitas wisata dalam kawasan Taman Nasional Komodo, yang dalam 5 tahun terkahir ini mengalami peningkatan jumlah kunjungan.
“Selama ditutup kami bisa menata ulang seperti signage atau papan tanda, infrastrukur yang perlu dilihat lagi, petugas juga hisa istirahat selama ini kerja dari pagi sampai malam. Dan Yang paling penting mengurangi tekanan di perairan. Kalau daratan sifatnya lebih ke antisipasi,” pungkasnya.