Home / LABUAN BAJO / News

Rabu, 11 Oktober 2023 - 11:57 WIB

6 Komodo Dilepasliarkan di CA Wae Wuul Labuan Bajo

Ket foto.Komodo saat dilepasliarkan di Cagar Alam Wae Wuul Labuan Bajo Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.

Ket foto.Komodo saat dilepasliarkan di Cagar Alam Wae Wuul Labuan Bajo Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.

BERITALABUANBAJO.COM,- Sebanyak 6 ekor komodo jantan dilepasliarkan ke habitat aslinya di Cagar Alam (CA) Wae Wuul, Desa Macang Tanggar, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), belum lama ini.

Acara seremonial pelepasliaran itu berlangsung di SDN Menjana, Desa Macang Tanggar, jaraknya kurang lebih 1 km dari lokasi enam komodo itu dilepas.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG) Indra Eploitasia menjelaskan, enam komodo yang dilepasliarkan ini secara genetik berasal dari populasi yang hidup di CA Wae Wuul.

Enam komodo ini telah menjalani proses adaptasi di kandang habituasi selama 40 hari mulai 15 Agustus hingga 23 September 2023 sebelum dilepasliarkan.

Berdasarkan hasil pemantauan selama proses habituasi, enam komodo ini menunjukkan catatan positif mulai dari agresifitas, kemampuan adaptasi terhadap cuaca, kemampuan menghindari predator dan insting berburu.

Selain itu, lanjut dia, telah dilakukan survei lapangan untuk melihat kondisi habitat mulai dari ketersediaan pakan, serta keamanan dari gangguan yang bisa membahayakan kehidupan satwa langka itu.

“Proses habituasi bertujuan agar enam komodo ini dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dan mampu bertahan hidup di alam liar, dengan meminimalisir kontak fisik dengan manusia,” kata dia.

Enam Komodo Dipasang GPS

Kepala BKSDA NTT Arief Mahmud, mengungkapkan enam komodo yang dilepas ini akan terus dilakukan pemantauan kurang lebih selama tiga tahun. Pemantauan itu dilakukan melalui GPS yang terpasang pada tubuh komodo, serta pantauan dari kamera trap.

Menurutnya pemantauan itu penting dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan program maupun strategi Ex Situ link to In Situ, dan juga sebagai bahan evaluasi dalam pengambilan kebijakan.

Dengan data GPS itu disebutnya akan membantu pihaknya dalam melakukan pemantauan mulai dari pergerakan komodo, perjumpaan dengan komodo lain, serta perilaku dari komodo itu sendiri.

“Kembalinya komodo ke kampung halamannya menjadi salah satu upaya pelestarian komodo yang menjadi ikon dalam pengembangan pariwisata di Labuan Bajo,” ujar Arief.

Sementara Sr Section Manager of GA PT Smelting Saptohadi Prayetno menyebut GPS yang dipasang di tubuh komodo dipastikan aman, tidak menggangu maupun melukai tubuh dari komodo. GPS itu dapat memantau pergerakan komodo sejauh 8 kilometer.

“Dipasang di bagian selangkangannya tetapi posisi di belakang, dijamin aman. Ini juga supaya gampang kita lakukan monitor, ketika misalnya komodo sudah berjalan melewati batas wilayah itu ketahuan,” ungkapnya.

Sapto menyebut, dari data GPS itu juga akan digunakan sebagai bahan tulisan yang dipublikasikan sebagai kontribusi untuk Ilmu terapan dalam bidang konservasi komodo. Untuk diketahui, pelepasliaran enam ekor Komodo ini merupakan salah satu program CSR dalam hal konservasi yang dilakukan PT Smelting.

Pelepasliaran Komodo Pertama di Dunia

Direktur Taman Safari Indonesia (SFI) Jansen Manansang menyebut, pelepasliaran enam komodo dari hasil pengembangbiakan di TSI itu adalah yang pertama terjadi di dunia.

Jansen bersyukur enam komodo bisa pulang kampung ke habitat aslinya di CA Wae Wuul Manggarai Barat. Menurutnya kepulangan enam komodo ke habitat aslinya menjadi suatu keharusan.

“Ini suatu peristiwa yang baru terjadi di dunia, TSI yang telah ditetapkan oleh KLHK sebagai lembaga konservasi memiliki peran dan fungsi dalam pengembangan konservasi Ex Situ dan In Situ,” kata Jansen.

Sementara itu, dokter hewan di Taman Safari Indonesia drh. Bongot menjelaskan, enam komodo yang dilepasliarkan ini lahir pada Februari 2022, rata-rata berusia 3 tahun.

Sejak lahir, kata Bongot, enam komodo ini sudah dilatih untuk hidup di alam liar, mulai dari pemberian makanan dengan cara disembunyikan, bertujuan agar komodo memiliki insting berburu, kemudian memberikan makanan yang tidak bersih, sesuai temuan di alam, dan melatih pergerakan leher menyesuaikan dengan cara makan komodo.

“Untuk saat ini masih ada 50 lebih komodo yang hidup di Taman Safari Indonesia, didominasi komodo jantan,” ungkapnya.

Respon Pemerintah Daerah

Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi menyambut baik kepulangan enam komodo ke habitat aslinya di CA Wae Wuul. Kendati demikian dia tidak menginginkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat komodo mudah ditemukan di luar Manggarai Barat.

“Menjadi kegundahan apabila dengan kemajuan iptek nanti dimana-mana ada itu komodo, saya kira bukan itu tujuannya, tetapi murni untuk kepentingan bagaimana komodo tetap lestari, kalaupun di tempat lain ada (komodo) tetapi tidak seperti di Manggarai Barat,” ujarnya.

Edi Endi menyebut, dari seluruh populasi komodo yang hidup di Manggarai Barat didominasi spesies jantan, dia khawatir hal itu akan berdampak pada kelestarian komodo di Manggarai Barat.

“Di Taman Safari itu lebih banyak produksi betina, pas usianya sudah bisa bereproduksi bawalah kembali ke sini habitat aslinya (Manggarai Barat),” harap Edi Endi. (*red/BR)

Share :

Baca Juga

HEADLINE

Binus University dan Poltek eLBajo Commodus Kolaborasi Berdayakan UMKM Labuan Bajo

HEADLINE

Menparekraf Sebut Ekonomi Kreatif Sebagai Masa Depan Indonesia

HEADLINE

Kepala BTNK Ungkap Sejumlah Masalah di Taman Nasional Komodo

HEADLINE

Sandiaga Uno Tindak Tegas Soal Praktik Pungli di Pulau Kanawa Labuan Bajo

Nasional

AMDK Diduga Tak Steril dan Belum Kantongi Izin BPOM Beredar Di Tangerang Selatan

LABUAN BAJO

Bule Borong Produk UMKM saat Festival Golo Koe Labuan Bajo di Manggarai Barat, NTT

HEADLINE

Dorong Peningkatan Kunjungan Wisman, BPOLBF Kenalkan Labuan Bajo ke Turis Australia Melalui Famtrip

HEADLINE

Rizki Juniansyah Sumbang Emas Olimpiade Paris 2024, Pecahkan Rekor Angkat Besi